Ubah Pola Mengajar, Bu Elsa Berhasil Luluskan Sebagian Besar Siswa ke Perguruan Tinggi Unggulan di Indonesia

Elsa

Menghadapi siswa dengan tingkah laku yang terlampau  aktif sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Ibu Elsa, salah satu guru di sekolah di Rejang Lebong, juga mengalami hal yang sama. Tahun lalu, beliau dipercaya untuk menjadi wali kelas 12 MIPA 4, kelas yang terkenal sulit diatur. Setiap hari, Ibu Elsa menerima laporan dari para guru yang mengajar di kelas tersebut dengan keluhan yang sama, yaitu kelas yang tidak kondusif, khususnya karena 2 anak didik yang selalu membuat masalah di kelas. 

 “Saya dan guru BK telah melakukan berbagai macam pendekatan untuk menangani kedua anak tersebut, mulai dari bicara tegas, dari hati ke hati, memanggil orang tua, dan bahkan sempat memberikan ancaman bahwa siswa akan dikeluarkan. Saya sudah hampir putus asa. Guru BK juga sudah pasrah”.

Ibu Elsa kemudian menjadi salah satu penerima program pelatihan guru Indonesia Teaching Fellowship. Materi yang diberikan dirasa menginspirasi dan memotivasi dirinya untuk jangan menyerah terhadap kedua siswanya. Bahkan, Ibu Elsa yang sudah sempat sudah menjalankan prosedur pengembalian kedua siswa kepada orangtuanya, segera membatalkannya. Kini, Ibu Elsa memahami bahwa setiap siswa adalah unik, masa remaja penuh dengan tantangan, peran guru sangat penting, dan guru adalah salah satu agen bagi keberhasilan siswa. 

“Setelah menerima pelatihan guru dari program ITF, saya lebih banyak memberikan motivasi dan tidak mengungkit keluhan guru-guru yang mengajar di kelas. Kami berdiskusi mengenai masa depan mereka, dan label ”kelas yang paling tidak kondusif” kami ganti menjadi “kelas paling seru”, label “Si biang kerok” kami ganti menjadi “kesayangan bu Elsa”. 

“Saya mulai mencoba mengubah cara menangani siswa bermasalah ini dengan lebih terurut, mengobservasi dan menganalisis latar belakang siswa ini, mengubah cara menasihati siswa dengan cara menjadi temannya, membimbing siswa ini ke arah masa depan mereka dengan cara memberikan gambaran beberapa alternatif bidang yang sesuai bakat dan minat mereka.”

Terimakasih ITF karena memotivasi saya untuk tidak menyerah menghadapi siswa yang bermasalah dan secara tidak langsung menyelamatkan 2 orang siswa saya yang hampir dikeluarkan dari sekolah.”

Hingga akhir tahun ajaran, Ibu Elsa telah membuat kelas nya menjadi lebih kondusif. Kedua siswa tersebut tidak jadi dikeluarkan serta kelas yang “paling ribut” telah berubah menjadi “kelas paling seru”. Setelah kelulusan, “kelas paling seru” telah meluluskan sebagian besar siswanya ke perguruan tinggi negeri di Indonesia, termasuk kedua siswanya yang sering membuat masalah di kelas.

Rananggana Rayidhea