Benih Literasi Sigupai Membaco Aceh

Kitabisa.com

Rp0 terkumpul dari Rp25.000.000
3%
93 hari lagi

Data diupdate per tanggal 07 Februari 2021

CTA ruangpeduli - Benih Literasi Sigupai Membaco Aceh

 

Dalam menjalani kehidupan di masyarakat, kita dituntut untuk mampu memiliki kemampuan dalam membaca, menghitung, berbicara, menulis, dan memecahkan masalah. Semua hal tersebut terangkum menjadi bagian dari literasi. Namun, sayangnya dalam berbagai lembaga riset yang mengadakan survei terkait isu literasi, Indonesia masih tergolong rendah tingkat terhadap literasinya.

 

 

Oleh karena itu, kita dapat melihat banyak sekali gerakan-gerakan yang menggalakkan pentingnya literasi, tak terkecuali di pelosok daerah Aceh, Sigupai Membaco hadir untuk bersama memberantas rendahnya tingkat literasi masyarakat.

 

Sigupai Membaco lahir pada Januari 2018 dengan latar belakang yang awalnya hanya mengoleksi buku-buku dan hanya dibaca oleh lingkungan keluarga saja. Namun, karena ingin dapat jauh lebih berdampak pada sekitar, Sigupai Membaco mulai melakukan aktivitas yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Akhirnya, Sigupai Membaco mencoba untuk menunjukkan buku-buku yang mereka miliki menggunakan motor.Untuk pengurusnya sendiri ada Ibu Wardiah selaku yang paling tua dan Randan selaku yang paling muda, disertai dengan relawan tetap dan relawan lepas.

 

Setelah berdiri selama 3 tahun, telah banyak sekali benih kebaikan dalam berliterasi yang ditanamkan Sigupai Membaco di daerah Aceh. Mereka membuka taman baca secara tetap di samping rumah pendiri dan juga berkeliling daerah menggunakan becak untuk dapat menjangkau lingkungan yang lebih luas dalam menjalankan program Buku Keliling (BukLing).

 

Semua hal tersebut dilakukan Sigupai Membaco dengan target dapat mendekatkan literasi pada masyarakat dan membuat inovasi baru di perpustakaan di tempat-tempat wisata. Karena bagi Sigupai Membaco, seharusnya kegiatan literasi tidak sesempit yang kita bayangkan.

 

Namun, kegiatan Sigupai Membaco kini terkendala dengan adanya becak yang mereka miliki tidak dapat beroperasi. Serta minimnya fasilitas yang tersedia di becak untuk dapat menampung buku-buku selama berkeliling daerah untuk menanamkan benih-benih literasi.

 

 

Dengan keterbatasan tersebut, Sigupai Membaco memerlukan bantuan kita bersama untuk menjadi pahlawan dalam menggalakkan semangat literasi. Bersama memperbaiki kembali becak yang tak dapat beroperasional dan menjadikan Sigupai Membaco memiliki tempat sebagai wadah meningkatkan literasi yang jauh lebih inovatif kedepannya.

 

 

Rananggana Rayidhea