Memahami Metode Pembelajaran Blended Learning di Sekolah

 

blended-learning-ruangpeduli-new

ITF FKS Fase 2

Pada Oktober 2022, salah satu program Ruangguru bersama FKS Foundation, yaitu Indonesia Teaching Fellowship FKS Fase 2, memberikan pendampingan dan penguatan kompetensi digital dalam pembelajaran di sekolah kepada para peserta. Tantangan terbesar bagi seorang guru di era digital sekarang adalah kemampuan untuk memaksimalkan pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat digital. Sayangnya, masih sedikit guru yang memiliki bekal kompetensi ini. Meskipun guru sudah sering mendengar metode pembelajaran digital dan blended learning, terkadang sering ditemukan kekeliruan dalam menerapkan metode ini di sekolah. Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan tentang metode pembelajaran digital dan blended learning serta penerapannya di sekolah.

 

Perbedaaan Metode Pembelajaran Digital dan Blended Learning

Kedua metode diatas merupakan metode pembelajaran yang sering diterapkan dalam berbagai kegiatan mengajar pada siswa. Sering kali penerapan metode ini disamakan, padahal aktivitas dari metode ini berbeda. Untuk memahaminya, silahkan simak melalui contoh kasus sebagai berikut.

  • Kasus Guru A:
    • Pak Danang adalah seorang guru yang mengajar mata pelajaran Sejarah Indonesia. Karena mata pelajaran ini sering dianggap membosankan oleh siswa, Pak Danang memiliki inisiatif untuk menyelingi pembelajaran dengan permainan. Untuk melaksanakan permainan itu, Pak Danang mengumpulkan lagu-lagu dari berbagai negara dalam satu flashdisk. Ketika siswa mulai terlihat bosan, Pak Danang pun memutarkan lagu-lagu tersebut menggunakan speaker dan mengajak siswa menebak asal negara dari lagu yang diputarkan. Setelah itu, barulah Pak Danang melanjutkan penjelasan materi. 
  • Kasus Guru B: 
    • Bu Siska adalah guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa yang diajari Bu Siska cenderung malas membaca, sehingga pemahaman bacaan mereka tergolong rendah. Kebetulan, topik yang akan dibahas pada pertemuan minggu depan adalah penokohan pada cerita. Supaya siswa terdorong untuk membaca mengenai materi tersebut, Bu Siska memberikan PR menonton suatu cuplikan film di internet, lalu menentukan siapa tokoh protagonis dan antagonis pada film tersebut beserta alasannya. Bu Siska juga memberitahu siswa bahwa tugas tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya sebelum Bu Siska menjelaskan materinya.

Berdasarkan kasus diatas, guru yang sudah menerapkan metode pembelajaran blended learning adalah Bu Siska. Hal ini dikarenakan Bu Siska menggabungkan pembelajaran digital dengan desain pembelajarannya. Seperti yang dijelaskan di atas, murid dari Bu Siska diketahui malas membaca. Oleh karenanya, untuk tetap memaksimalkan pembelajaran, Bu Siska menyuruh siswa belajar dengan menggunakan media digital dari film dan meminta siswa untuk menganalisis tokoh mana yang antagonis dan protagonis. Aktivitas ini disebut sebagai blended learning. 

Sementara pada kasus Pak Danang, hanya menerapkan metode pembelajaran digital. Pak Danang berinisiatif untuk memainkan musik dan para siswa diminta untuk menebak asal musik tersebut. Dalam kasus tersebut, Pak Danang hanya memanfaatkan media digital dalam kegiatan pembelajaran.

Dari penjelasan kedua kasus diatas dapat ditemukan beberapa hal yang membedakan metode pembelajaran digital dan blended learning sebagai berikut:

  • Pada pembelajaran digital, teknologi hanya bersifat sebagai tambahan (suplemen) atau pelengkap (komplemen). Pada blended learning, teknologi diintegrasikan secara saksama dalam desain pembelajaran.
  • Proses pembelajaran melibatkan interaksi positif antara guru dan siswa (interaksi dua arah)
  • Harus ada pendampingan dari guru, dimana guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan masukan 
  • Terdapat kesinambungan antara pembelajaran tradisional dan pembelajaran digital

Metode blended learning berdampak sangat baik bagi pertumbuhan kognisi pada siswa. Tentu saja hal ini dikarenakan terlibatnya siswa secara aktif dalam mengkaji pembelajaran yang diberikan dengan juga bantuan pendampingan dari para Guru. Beberapa manfaat lain dalam penerapan metode ini adalah siswa dapat mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengakomodasi siswa dengan berbagai macam gaya belajar, dan terbentuknya budaya belajar yang berkelanjutan.

Prinsip Metode Pembelajaran Blended Learning

Metode pembelajaran Blended Learning memiliki beberapa prinsip utama yang wajib dipahami oleh setiap guru ketika menerapkannya pada pembelajaran di sekolah. Adapun prinsip- prinsip utama tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Berpusat pada siswa (student-centered)
    Blended learning mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga pembelajarannya tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered) tetapi menjadi berpusat pada siswa (student-centered). Contoh penerapan: Guru tidak memaparkan materi secara satu arah, tetapi juga menyelenggarakan agenda diskusi dalam pembelajaran.
  2. Berpusat pada pengetahuan/pembelajaran yang mendalam
    Pembelajaran tidak lagi menyasar kepada keterampilan berpikir tingkat rendah, tetapi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, pada sesi tatap muka, guru tidak menyampaikan materi dengan ceramah, melainkan guru memberikan aktivitas-aktivitas yang menambah pemahaman dan penerapan materi yang telah siswa pelajari menggunakan teknologi.  Contoh penerapan: Setelah memaparkan materi, guru tidak hanya menguji pemahaman siswa melalui pertanyaan pilihan ganda tetapi juga memberikan tugas analisis studi kasus
  3. Berpusat pada penilaian formatif
    Dengan menerapkan blended learning, guru lebih berfokus pada progress atau kemajuan siswa dibandingkan hasil akhir. Oleh karena itu, penilaian formatif lebih cocok digunakan dibandingkan dengan sumatif. Contoh penerapan: Seorang guru Bahasa Indonesia memberikan tugas menulis cerita pendek kepada siswa dengan tujuan mengukur tingkat pemahaman siswa dan mengevaluasi strategi pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi penulisan cerita pendek.
  4. Terdapat keterlibatan dalam komunitas
    Dalam blended learning, guru melatih siswa untuk berkontribusi terhadap masyarakat. Contoh penerapan: Setelah pembelajaran mengenai nilai-nilai Pancasila, guru menginstruksikan siswa untuk merancang program pengabdian masyarakat untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.

Model Metode Pembelajaran Blended Learning

Dalam penerapannya, metode pembelajaran blended learning dibagi dalam 4 model pembelajaran. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

  1. Rotation
    Model ini adalah model pembelajaran dimana para siswa berotasi antara pos-pos berisi kegiatan pembelajaran yang berbeda, setidaknya salah satunya melibatkan kegiatan pembelajaran digital. Guru akan bertindak sebagai fasilitator yang akan menyediakan beberapa pos-pos kegiatan pembelajaran yang akan digunakan oleh siswa. Pembagian pos ini dibagi menjadi empat, yaitu: 
    1. Station rotation: berpindah antar pos yang seluruh pos berada di dalam kelas
    2. Lab rotation: salah satu pos berada di lab komputer
    3. Individual rotation: siswa berpindah pos sesuai jadwal pribadi siswa
    4. Flipped classroom: siswa mempelajari materi di rumah dan melakukan aktivitas di sekolah
  2. Flex
    Model ini merupakan model pembelajaran Rotation, dimana pembelajaran berlangsung secara fleksibel. Antara porsi dan aktivitas pembelajaran digital-tatap muka disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
  3. A la carte
    Model berikutnya merupakan model pembelajaran dimana siswa dapat mengikuti pembelajaran digital tambahan di luar ‘menu’ pembelajaran tradisional di sekolah.
  4. Enriched Virtual
    Model ini berfokus pada pembelajaran yang mayoritas dilakukan secara digital, namun siswa diwajibkan untuk mengikuti sejumlah pertemuan tatap muka untuk sekedar mendapatkan pendalaman materi atau sekedar melakukan konsultasi.

Semakin majunya dan berkembang perkembangan dunia digital yang terjadi, guru harus bisa beradaptasi dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih relevan. Metode blended learning akan memberikan kemudahan bagi guru untuk bisa memacu kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan kemajuan dunia digital saat ini. (AA)

Rananggana Rayidhea