Impact Talks x G20: Project Based Learning (PjBL) Kurikulum Merdeka sebagai Solusi Belajar Pasca Pandemi

 

Impact Talks x G20

 

Pada Oktober 2022, Ruangguru bersama dengan Kemenkominfo berkolaborasi meramaikan kegiatan Presidensi G20 melalui kegiatan Webinar Impact Talks dengan topik “Implementasi Project Based Learning (PjBL) dalam Kurikulum Merdeka sebagai Solusi Pendidikan Pasca Pandemi”. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya dukungan bersama untuk kembali memperkuat pemahaman Guru dalam memahami proses implementasi PjBL yang disampaikan langsung oleh narasumber ahli di bidangnya. Hadir diantaranya, Dosen dan Education Transformation Coach, Dr. Hendi Pratama, S.Pd., M.A.; Koordinator Sub Pokja Transformasi Digital, Direktorat Guru dan Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek Jatnika Hermawan; dan juga pelaku pendidikan oleh Guru SMP Negeri 1 Ende, Ignasius Ghele Radja, S.Pd

Sebelum memulai kegiatan webinar, masing-masing perwakilan oleh Kemenkominfo dan Ruangguru memberikan sambutan juga informasi dampak yang telah dilakukan bagi dunia pendidikan dalam menghadapi krisis di tengah pandemi. Ruangguru diwakili oleh Head of Public Policy & Government Relations, Gautama Adi Kusuma dan Kemenkominfo oleh Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Dr. Ir. Bonifasius Wahyu Pudjianto, M.Eng

 

Kondisi dan Tantangan Mengajar Guru Pasca Pandemi

 

Guru SMP Negeri 1 Ende, Ignasius Ghele Radja berbagi cerita tentang pengalamannya dalam penerapan metode project based learning (PjBL) di sekolahnya. Ignasius menjelaskan bahwa selama pandemi perubahan terjadi dengan sangat cepat, sementara adaptasi pelaku pendidikan pada perubahan berjalan begitu lambat. 

“Proses pembelajaran selama dan pasca pandemi berjalan dengan tidak efektif dengan hasil pembelajaran yang juga tidak maksimal. Penyebabnya ada banyak faktor, salah satunya adalah kompetensi dari guru dalam merancang pembelajaran secara daring dan lemahnya kemampuan guru terhadap teknologi” jelas Ignasius.

Akibatnya, fenomena learning loss pun tak bisa dielakkan. Siswa mengalami ragam hal kemunduran belajar mulai dari kehilangan motivasi, penurunan nilai berbagai mata pelajaran, dan termasuk perubahan karakter dan mental siswa. Namun ia juga menuturkan siswa juga memiliki keterbatasan seperti latar belakang kesulitan ekonomi orang tua siswa dalam  menunjang pendidikan sehingga tidak mampu menyediakan fasilitas penunjang belajar seperti  internet, gawai, dan laptop. Bahkan Ignasius dan Guru lainnya sempat mengadakan proses belajar dari rumah ke rumah siswa. Hingga akhirnya, Ignasius bersama teman lainnya sepakat bahwa setiap guru wajib melakukan pengembangan kompetensi. Mereka mulai aktif mencari dan mengikuti berbagai pelatihan pengembangan kompetensi untuk guru, salah satunya adalah dengan bergabung dalam program Indonesia Teaching Fellowship dari Ruangguru. 

Saat ini pembelajaran telah berangsur pulih, meskipun ia mengaku pada awal penerapan terjadi kecanggungan antara siswa dan guru. Perbedaannya cukup signifikan, jika dahulu guru menjadi pusat dari kegiatan belajar (Teacher-Centered), kini siswa terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran (Student-Centered). Ignasius menceritakan siswanya kini menjadi lebih aktif, senang mengeksplorasi ragam hal, dan mampu menyelesaikan masalah dengan ragam solusi kreatif. Ignasius juga berbagi tips yang selama ini diterapkan dalam mengimplementasikan metode ini. Ia menuturkan, guru sebagai fasilitator perlu  memancing siswa berpikir eksploratif dengan ragam pertanyaan dasar tentang topik yang sedang dikaji. Menurutnya, hal ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan masalah yang terjadi dan menentukan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

 

Memanfaatkan Teknologi Digital dalam Desain PjBL

 

Dosen dan Education Transformation Coach, Dr. Hendi Pratama, S.Pd., M.A menjelaskan apa yang hilang dalam fenomena Learning Loss. Berdasarkan penjelasannya, bagian yang hilang dari fenomena tersebut tidak terbatas pada materi atau kemampuan siswa melainkan juga karakter. Beberapa diantaranya adalah hilangnya kemampuan sosial, sikap kemandirian siswa, dan kemampuan praktik psikomotorik. 

“Teori tentang Learning Loss itu sudah banyak sekali, tapi apa yang hilang dari fenomena tersebut di sekitar kita wajib kita ketahui dan pahami. Bagian Loss itu tidak sebatas pada materi ajar yang ketinggalan, tapi juga hal-hal yang berhubungan dengan karakter. Apalagi dalam Kurikulum Merdeka yang menjadi target adalah menciptakan profil siswa pancasila. Oleh karenanya, guru juga harus peka dan mampu mengobservasi karakter dan perilaku yang terjadi pada siswa pasca pandemi. ” tutur Dr. Hendi. 

Dr. Hendi menuturkan bahwa inti dari metode PjBL adalah Student-Centered Learning, yaitu peran guru sebagai fasilitator yang memberikan kewenangan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas pelajarannya dengan bebas mengeksplorasi ragam hal dari topik yang dikaji. Guru juga dihimbau untuk membiasakan memberi tugas dengan ragam studi kasus yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Meskipun begitu, tidak semua project termasuk dalam metode PjBL. Beliau menjelaskan, project yang dimaksudkan pada metode PjBL berfokus pada beberapa hal utama, yaitu membutuhkan adanya kolaborasi bersama siswa dan guru sebagai pendamping (fasilitator), fokus utama pembelajaran terletak pada proses, dan seluruh studi kasus yang diangkat berasal dari kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Singkatnya, DR. Hendi menyampaikan bahwa aktivitas yang dilakukan dengan metode PjBL dilandaskan pada 3 hal mendasar yaitu Diskusi, Refleksi, dan Evaluasi

 

Menjawab Tantangan Learning Loss Bersama Kurikulum Merdeka

 

Koordinator Sub Pokja Transformasi Digital, Direktorat Guru dan Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek, Jatnika Hermawan menyampaikan informasi awal mula hadirnya Kurikulum Merdeka sebagai langkah mengurangi angka Learning Loss pada siswa. Berdasarkan survei dalam kurun waktu setahun dari Kemendikbudristek yang membandingkan sekolah dengan menggunakan K-13 dan Kurikulum Darurat selama masa pandemi menunjukkan penurunan angka Learning Loss pada sekolah yang menerapkan Kurikulum Darurat. Menurut Jatnika hal ini dikarenakan fokus pada Kurikulum Darurat yang mengutamakan pembelajaran inti sehingga membuat beban belajar terasa lebih ringan, namun bisa memberikan hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut pemerintah akhirnya menerbitkan kurikulum baru yang saat ini disebut sebagai Kurikulum Merdeka. 

“Di awal pandemi, kami melihat perlu ada penyesuaian pembelajaran akibat dari belajar tatap muka yang terpaksa dihentikan dan digantikan dengan belajar dari rumah. Salah satu tantangan yang guru hadapi adalah banyaknya materi yang harus diajarkan. Karena itu, Kemendikbudristek bergerak cepat untuk menyederhanakan materi yang ada di K-13 dan memilih materi yang esensial di setiap pelajaran. Ada pengurangan sekitar 40% hingga 60% tergantung mata pelajarannya” jelas Jatnika. 

Jatnika bertutur, Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada sekolah memiliki fokus utama 3 hal yang berpusat pada inti pembelajaran, terutama pada segi kualitas belajar. Ketiga hal tersebut adalah adalah (1) Esensial, yaitu fokus pada materi esensial atau inti supaya pembelajaran lebih mendalam dan interaktif; (2) Fleksibel, yaitu sekolah memiliki kebebasan lebih untuk merancang kurikulum; dan (3) Rich, yaitu tersedianya perangkat ajar yang beragam. Implementasi metode PjBL dilakukan saat menetapkan Capaian Belajar dalam proses pembuatan modul pembelajaran untuk siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan bermuara pada strategi yang akan dicapai, peralatan bahan ajar yang diperlukan, ragam pertanyaan pemantik untuk siswa, dan efektivitas pembagian kelompok. Menutup presentasinya, Jatnika mengajak para guru untuk bergerak secara mandiri dalam memahami Kurikulum Merdeka dan metode PjBL pada website resmi Merdeka Mengajar melalui guru.kemdikbud.go.id

 

Tentang Impact Talks 

 

Impact Talks merupakan kegiatan Webinar rutin yang diadakan oleh Ruangguru dalam memberikan wawasan baru terkait dengan dunia pendidikan yang merangkum berbagai topik yang sedang hangat dibicarakan oleh publik, terutama bagi pelaku pendidikan. Impact Talks rutin diadakan setiap bulannya, silahkan ikuti instagram @ruangpeduli_org untuk informasi webinar berikutnya. Rekaman webinar Impact Talks terbaru, dapat langsung ditonton melalui link berikut ini https://bit.ly/ImpactTalksOktober

Rananggana Rayidhea